
Sebut saja ia Octo. Pria yang sempat menjadi pusat tata suryaku dengan segala bintang senyuman dan ledakan amarah. Aku begitu mencintainya. I did. Dan berpikir bahwa semua hal yang terjadi di dunia kami adalah pertanda bahwa kami berjodoh. Hmm.. We might be. Might.
Dia selalu ada. Memenuhi hariku, juga mimpiku. Sama indahnya. Dan ketika mimpi lebih indah dari kenyataan, aku tinggal mengatakan. Dan dia akan mewujudkan. Or at least,kami akan berdoa supaya kami bisa mewujudkan.
Tapi itu dulu..
Bagaimanapun prosesnya, saat ini pusat tata suryaku bukan lagi dia. Dengan bimbingan Yang Maha Kuasa, kini aku yg pegang kendali atas segala ciptaanNya di duniaku. Octo pun tak lagi ada. Dalam mimpi, dia menjadi 'tamu tak diundang' yang selalu bikin ku mengeluh "Ngapain sih mimpi dia segala". Dalam kenyataan pun aku berharap Allah akan menjaga supaya kami saling menjadi invisible sepanjang masa. Tapi sungguh, aku juga berharap dia bahagia. Kami sama-sama bahagia.
Hmm.. Tapi gimana ya kalo suatu hari kami 'terpaksa' atau 'tanpa sengaja' bertemu? Apa yang akan aku lakukan? Apa yang akan aku ucapkan?
Hmmmmmm....
Agaknya, sebuah kesempurnaan hidup jika kami tidak bertemu lagi saja.
Foto: meytreea.files.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar